Selasa, 10 Mei 2011

Matahari dan Bulan - Kesopanan

86. MATAHARI DAN BULAN

Orang-orang bertanya kepada Mullah Nasruddin:

"Mullah, manakah yang lebih berguna, bulan atau matahari?"

"Sudah tentu bulan," jawab Mullah, "Sementara matahari menerangi dunia sepanjang siang yang terang, bulan meneranginya sepanjang malam."



87. KESOPANAN

Suatu waktu, ketika Mullah sedang menunggang keledainya dia melihat beberapa murid mengikutinya. Tiba-tiba dia memutar duduknya dan menghadap ke arah ekor keledai itu.
Murid-muridnya bertanya kepadanya,

"Kenapa Anda berputar?"

Dia menjawab, "Sebab tidak sopan membelakangi kawan-kawan."

Mereka bertanya lagi,
"Lalu kenapa Anda tidak mengizinkan kami berjalan di depan keledai?"

Mullah menjawab,
"Tetapi, pungggung kalian akan berhadapan denganku, yang itu pun tidak sopan."

Selasa, 10 Mei 2011 by urangsunda · 0

Kamu Mengecewakanku - Tempatkan Orang Sesuai Keahlian

84. Kamu Mengecewakanku

Seorang kawan minta sejumlah uang kepada Nasrudin. Nasrudin yakin bahwa uang itu tidak akan dikembalikan. Tetapi karena ia tidak mau menyakiti hati kawannya dan jumlah uang itu kecil saja, ia memberinya. Ia terkejut ketika persis seminggu sesudah pinjaman itu diberikan, orang itu mengembalikannya.

Sebulan kemudian ia kembali untuk minta uang yang sedikit lebih banyak. Nasrudin menolak.

Berdasarkan laporan yang diperolehnya, Caliph mengangkat Nasrudin menjadi Kepala Penasihat di istana. Karena kekuasaannya tidak diperoleh berdasarkan kemampuannya, tetapi berkat wibawa Caliph, Nasrudin membahayakan semua orang yang datang untuk minta nasihatnya, sebagaimana jelas dalam peristiwa berikut ini:Ketika orang itu bertanya mengapa ia menolak, ia menjawab, “Kali lalu saya tidak mengharapkan engkau mengembalikan uang itu, dan engkau mengecewakan harapanku. Kali ini saya mengharapkan engkau mengembalikan uang itu, saya tidak mau dikecewakan lagi!


85. Tempatkan Orang Sesuai Keahliannya

Berdasarkan laporan yang diperolehnya, Caliph mengangkat Nasrudin menjadi Kepala Penasihat di istana. Karena kekuasaannya tidak diperoleh berdasarkan kemampuannya, tetapi berkat wibawa Caliph, Nasrudin membahayakan semua orang yang datang untuk minta nasihatnya, sebagaimana jelas dalam peristiwa berikut ini:

Nasrudin, anda adalah orang yang berpengalaman,” kata seorang bangsawan.

Apakah anda tahu obat sakit mata? Saya sangat menderita karena mata saya.

Baiklah, saya bagikan pengalaman saya sendiri dengan anda,” kata Nasrudin.

Saya pernah sakit gigi dan tidak sembuh sebelum gigi itu dicabut.

by urangsunda · 0

Senin, 09 Mei 2011

Belajar Musik - Siapa Yang Kau Percaya

80. BELAJAR MUSIK

Pada suatu hari Nasrudin mendengar ada seorang muda yang bisa bermain musik dengan amat bagus. Ia pun tertarik untuk belajar musik.

Keesokan harinya, ia pergi ke kota dan menemui guru musik kenamaan.

"Tuan, saya ingin belajar musik, berapa bayarannya?"

Guru itu sejenak melihat wajahnya, sebelum akhirnya menjawab, "Murid-muridku membayar tiga dirham untuk bulan pertama, dan kemudian untuk tiap bulan berikutnya membayar satu dirham."

Nasrudin berpikir sejenak dan kemudian berkata, "Baiklah, saya akan mulai kursus pada bulan kedua saja."



81. SIAPA YANG KAU PERCAYA

Seorang tetangga datang untuk meminjam keledai Nasrudin.

Keledainya sedang dipinjam,” kata Nasrudin.

Pada saat itu binatang itu meringkik dari kandangnya.

Tetapi saya dengar ringkikannya, “kata tetangga itu.

Jadi siapa yang kau percaya, keledai atau saya?

Senin, 09 Mei 2011 by urangsunda · 0

No Action Talk Only - Kalau Ini Ikan Mana Kucingnya

82. No Action Talk Only (NATO)

Ketika membetulkan atap rumahnya, Mullah Nasruddin merasa pusing dan tiba-tiba ia merasakan dirinya sudah berada di tanah. Para tetangganya datang berlarian, khawatir dan mulai bertanya:

"Apa yang terjadi Mullah?"

"Kalian nanti harus lebih berhati-hati,,,,,,,"

"Apa yang Anda rasakan, Mullah?"

Mulah merintih, "Daripada berdiri menggangguku, lebih baik kalian naik ke atas atap rumahku dan berguling dengan kepala lebih dulu, kemudian kalian akan memperoleh jawaban semua pertanyaan kalian itu!"



83. Kalau Ini Ikan, Mana Kucingnya

Ketika memiliki uang cukup banyak, Nasrudin membeli ikan di pasar dan membawanya ke rumah.

Ketika istrinya melihat ikan yang banyak itu, ia berpikir, “Oh, sudah lama aku tidak mengundang teman-temanku makan di sini.

Ketika malam itu Nasrudin pulang kembali, ia berharap ikannya sudah dimasakkan untuknya. Alangkah kecewanya ia melihat ikan-ikannya itu sudah habis, tinggal duri-durinya saja.

Siapa yang menghabiskan ikan sebanyak ini?

Istrinya menjawab, “Kucingmu itu, tentu saja. Mengapa kau pelihara juga kucing yang nakal dan rakus itu!

Nasrudin pun makan malam dengan seadanya saja. Setelah makan, dipanggilnya kucingnya, dibawanya ke kedai terdekat, diangkatnya ke timbangan, dan ditimbangnya.

Lalu ia pulang ke rumah, dan berkata cukup keras,

Ikanku tadi dua kilo beratnya. Yang barusan aku timbang ini juga dua kilo. Kalau kucingku dua kilo, mana ikannya? Dan kalau ini ikan dua kilo, lalu mana kucingnya?


by urangsunda · 0

Minggu, 08 Mei 2011

Tahan Bau - Mimpi Religius

74. TAHAN BAU

Istri Nasruddin menginginkan binatang piaraan, maka ia membeli seekor kera. Nasruddin tidak senang.

Apa makanannnya?” tanyanya.
Sama dengan yang kita makan”, jawab istrinya.

Dimana kera itu akan tidur?
Di tempat tidur kita, bersama kita.

Bersama kita? Baunya bagaimana?
Kalau saya saja betah dengan baumu itu, saya kira kera juga tahan”.


75. Mimpi Religius

Nasrudin sedang dalam perjalanan dengan pastur dan yogi. Pada hari kesekian, bekal mereka tinggal sepotong kecil roti. Masing-masing merasa berhak memakan roti itu. Setelah debat seru, akhirnya mereka bersepakat memberikan roti itu kepada yang malam itu memperoleh mimpi paling relijius. Tidurlah mereka.

Pagi harinya, saat bangun, pastur bercerita: "Aku bermimpi melihat kristus membuat tanda salib. Itu adalah tanda yang istimewa sekali."

Yogi menukas, "Itu memang istimewa. Tapi aku bermimpi melakukan perjalanan ke nirwana, dan menemui tempat paling damai."

Nasrudin berkata, "Aku bermimpi sedang kelaparan di tengah gurun, dan tampak bayangan nabi Khidir bersabda 'Kalau engkau lapar, makanlah roti itu.' Jadi aku langsung bangun dan memakan roti itu saat itu juga."

Minggu, 08 Mei 2011 by urangsunda · 0

Hidangan Untuk Baju 2 - Minuman Untuk Baju

78. HIDANGAN UNTUK BAJU II


Nasrudin menghadiri sebuah pesta. Tetapi karena hanya memakai pakaian yang tua dan jelek, tidak ada seorang pun yang menyambutnya. Dengan kecewa Nasrudin pulang kembali.

Namun tak lama, Nasrudin kembali dengan memakai pakaian yang baru dan indah. Kali ini Tuan Rumah menyambutnya dengan ramah. Ia diberi tempat duduk dan memperoleh hidangan seperti tamu-tamu lainnya.

Tetapi Nasrudin segera melepaskan baju itu di atas hidangan dan berseru, “Hei baju baru, makanlah! Makanlah sepuas-puasmu!

"Apa yang kau lakukan?" tanya tuan rumah.

Nasruddin menjawab, “Ketika aku datang dengan baju yang tadi, tidak ada seorang pun yang memberi aku makan. Tapi waktu aku kembali dengan baju yang ini, aku mendapatkan tempat yang bagus dan makanan yang enak. Tentu saja ini hak bajuku. Bukan untukku.



79. MINUMAN UNTUK BAJU

Nasrudin menghadiri sebuah pesta pernikahan. Dilihatnya seorang sahabatnya sedang asyik makan. Namun, di samping makan sebanyak-banyaknya, ia sibuk pula mengisi kantong bajunya dengan makanan.

Melihat kerakusan sahabatnya, Nasrudin mengambil teko berisi air. Diam-diam, diisinya kantong baju sahabatnya dengan air. Tentu saja sahabatnya itu terkejut, dan berteriak, “Hai Nasrudin, gilakah kau? Masa kantongku kau tuangi air!

Maaf, aku tidak bermaksud buruk, sahabat,” jawab Nasrudin.

“Karena tadi kulihat betapa banyak makanan ditelan oleh kantongmu, maka aku khawatir dia akan haus. Karena itu kuberi minum secukupnya.”

by urangsunda · 0

Bahasa Kurdi - Nasruddin Penyelundup Ulung

76. BAHASA KURDI

Tetangga Nasrudin ingin belajar bahasa Kurdi. Maka ia minta diajari Nasrudin. Sebetulnya Nasrudin juga belum bisa bahasa Kurdi selain beberapa patah kata. Tapi karena tetangganya memaksa, ia pun akhirnya bersedia.

Kita mulai dengan sop panas. Dalam bahasa Kurdi, itu namanya Aash.

Bagaimana dengan sop dingin?

Hmmm." Nasruddin terdiam sejenak, "Perlu diketahui bahwa orang Kurdi tidak pernah membiarkan sop jadi dingin. Jadi engkau tidak akan pernah mengatakan sop dingin dalam bahasa Kurdi.



77. NASRUDDIN PENYELUNDUP ULUNG

Ada kabar angin bahwa Mullah Nasrudin berprofesi juga sebagai penyelundup. Maka setiap melewati batas wilayah, penjaga gerbang menggeledah jubahnya yang berlapis-lapis dengan teliti. Tetapi tidak ada hal yang mencurigakan yang ditemukan.

Untuk mengajar, Mullah Nasrudin memang sering harus melintasi batas wilayah.

Suatu malam, salah seorang penjaga mendatangi rumahnya.

Aku tahu, Mullah, engkau penyelundup. Tapi aku menyerah, karena tidak pernah bisa menemukan barang selundupanmu. Sekarang, jawablah penasaranku, apa yang engkau selundupkan?

Jubah,kata Nasrudin, serius.

by urangsunda · 0

All Rights Reserved Humor Sufi | 2011