Kamis, 28 April 2011

Ijma' dan Fatwa Bid'ah

52. IJMA' DAN FATWA BID'AH

Ketika para ulama, filsuf dan para cendikiawan datang untuk mengetahui bahwa Nasruddin menodai kehormatan mereka di desa-desa terdekat dengan mengatakan:
"Orang-orang yang disebut bijak adalah bodoh dan bingung," mereka menuduhnya merusak keamanan negeri. Mullah ditangkap dan kasusnya diajukan ke Pengadilan Raja.

Raja: "Anda boleh berbicara lebih dulu."
Mullah: "Berilah saya pena dan kertas."
maka pena dan kertas pun diberikan.
Mullah: "Bagikan pena dan kertas itu kepada tujuh ulama".
Pena dan kertas pun dibagikan.
Mullah: "Biarlah mereka secara terpisah menulis jawaban atas pertanyaan berikut: Apakah roti itu?"
Ketujuh ulama itu telah menulis jawaban masing-masing atas pertanyaan Mullah tadi. Kemudian kertas jawabannya diserahkan kepada raja yang membacanya dengan keras satu per satu:

Yang pertama mengatakan : "Roti adalah makanan"
Yang kedua mengatakan: "Roti adalah tepung dan air."
Yang ketiga mengatakan: "Itu adalah adonan yang dibakar."
Yang keempat: "Sebuah pemberian Alah"
Yang kelima: "Berubah-ubah, menurut bagaimana Anda mengartikan roti."
Yang keenam: "Roti adalah zat yang mengandung nutrisi."
Yang ketujuh: "Tidak seorang pun tahu dengan jelas."

setelah mendengar semua jawaban itu, Mullah berkata kepada raja, "Bagaimana Anda bisa meyakini penilaian dan pertimbangan bagi orang-orang tersebut? Jika mereka tidak bisa menyepakati sesuatu yang dikonsumsinya sehari-hari, bagaimana mereka bisa dengan suara bulat menyebut saya seorang bid'ah?"

0 Responses to “Ijma' dan Fatwa Bid'ah”

Posting Komentar

All Rights Reserved Humor Sufi | 2011